--> Skip to main content

ABRAHAM - IBRAHIM- BRAHMA

Millah Abraham di Nusantara


Mayoritas ahli agama berpendapat dan berkeyakinan bahwa setiap Rasul Allah membawa agama atau sistem hukum yang baru dan berbeda dari agama atau sistem hukum dari Rasul Allah sebelumnya, sekaligus sebagai pengganti dan lebih sempurna dari sebelumnya. Sehingga apa yang Allah wahyukan kepada nabi Ibrahim (Abraham; lafal asli dalam bahasa Ibrani) berbeda dengan apa yang diwahyukan-Nya kepada nabi Musa. Begitupula yang diwahyukan-Nya kepada nabi Musa berbeda dengan apa yang diwahyukan-Nya kepada nabi Isa al-Masih (Yesus), dan begitupula yang diajarkan (diwahyukan)-Nya kepada nabi Muhammad adalah ajaran yang berbeda dan lebih sempurna dari ajaran para Rasul sebelumnya. Kalaupun di antara ajaran para Nabi dan Rasul Allah memiliki hubungan dan kesamaan, itu hanyalah sebatas historis-teologis, di mana mereka sama-sama beriman kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.

Doktrin agama tersebut tentu saja patut dipertanyakan karena tidak memiliki dasar kewahyuan yang kuat. Bukankah semua Rasul Allah diutus dan mendapat tugas yang sama? Yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya yang sejati, menjadi hamba dari Allah Sang Pencipta sebagai satu-satunya Tuhan baginya. Tentu saja Allah menciptakan manusia dengan maksud tertentu, yakni manusia menjalankan fungsinya sesuai kehendak dan perintah Sang Pencipta dirinya. Setiap Rasul Allah diutus untuk membawa petunjuk dan sistem hukum yang benar (din al-haqq) di tengah kehidupan umat manusia yang zalim dan syirik akibat mengikuti sistem hidup yang batil, yakni sistem hukum bangsa-bangsa yang musyrik, sehingga manusia kembali kepada cara hidup yang benar (fitrah) dan bisa menjalankan fungsinya dengan benar. Untuk itulah Allah menciptakan sistem atau tata cara hidup dan kehidupan yang benar (dīn al-haqq) bagi makhluk ciptaan-Nya, khususnya bagi manusia. Tugas para Rasul Allah itu tertuang dengan jelas dalam Al-Quran berikut ini:

Ash-Shaf (61) ayat 9:

Huwa alladzii arsala rasuulahu bialhudaa wadiini alhaqqi liyuzhhirahu 'alaa alddiini kullihi walaw kariha almusyrikuuna.

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan din yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala din meskipun orang-orang musyrik membenci.

Sesungguhnya semua ajaran dan risalah yang dibawa dan diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasul Allah dari zaman ke zaman adalah ajaran Allah yang sama, tidak pernah berganti apalagi berevolusi (dari yang tidak sempurna menuju yang sempurna). Kesamaan ajaran tersebut tidak hanya dalam masalah keimanan kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga dalam masalah hukum atau syariat dan ibadah.

Kebenaran sejati itu berasal dari Allah Yang Maha Benar, dan ciri dari suatu kebenaran sejati manakala dia tidak pernah berubah dan berganti hanya karena perubahan waktu dan tempat. Itulah wujud dari sistem kehidupan yang benar (dīn al-qayyim), yakni Millah Abraham yang hanif (lurus; murni) yang diemban dan diperjuangkan oleh semua Nabi dan Rasul Allah sejak zaman dahulu (nabi Adam) hingga nabi Muhammad dan generasi Millah Abraham selanjutnya. Para Rasul dan Nabi Allah serta orang-orang yang benar (shiddiq), orang-orang syahid, dan orang-orang yang shaleh adalah orang-orang yang telah mendapat nikmat Allah, Tuhan Semesta Alam, bukan jalan orang-orang yang mendapat murka Allah atau jalan yang sesat.



Jalan kebenaran yang mereka lalui tersebut dapat ditelusuri dari sejarah para Nabi dan Rasul Allah sebagaimana dikisahkan dalam kitab Taurat nabi Musa, Injil nabi Isa dan Al-Quran. Cara hidup mereka pada dasarnya berpangkal pada sosok sentral nabi Abraham (Ibrahim), Bapak para nabi, yang mengajarkan Millah Abraham, sistem kehidupan yang benar. Millah Ibrahim atau Millah Abraham tentu saja bukanlah suatu ajaran yang baru, karena telah menjadi ajaran atau jalan hidup para Nabi dan Rasul Allah termasuk nabi Muhammad, seperti yang tertulis dalam surat

An-Nahl (16) ayat 123:

Tsumma awhaynaa ilayka ani ittabi' millata ibraahiima haniifan wamaa kaana mina almusyrikiina.

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Untuk itu, kehadiran generasi Millah Abraham di Nusantara bukanlah untuk membawa ajaran atau agama baru, tetapi mewarisi dan meneruskan misi risalah Tuhan Semesta Alam dan ingin mengembalikan manusia beriman kepada din Allah yang sejati, yakni Millah Abraham yang hanif; Islam Hanif.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar